The Fed Masih Ogah Turunkan Suku Bunga, Rupiah Jadi Korban

Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca bank sentral AS (The Fed) meyakini suku bunga AS di level yang tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

Dilansir dariĀ Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.575/US$ atau melemah 0,32% terhadap dolar AS. Selama perdagangan, rupiah sempat melemah hingga titik tertingginya ke posisi Rp15.610/US$ meskipun kembali ditutup di bawah level psikologis Rp15.600/US$. Sebagai informasi, posisi ini merupakan yang terlemah sejak 6 Januari 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Selasa (3/10/2023) pukul 14.58 berada di posisi 107,02 atau naik 0,11% jika dibandingkan penutupan perdagangan Senin (2/10/2023) yang berada di posisi 106,90.

Dilansir dariĀ Reuters, pejabat bank sentral AS (The Fed) mengatakan bahwa kebijakan moneter perlu tetap bersifat restriktif untuk “beberapa waktu” agar inflasi kembali turun ke target The Fed sebesar 2%. Namun kesatuan mereka dalam hal tersebut menutupi perdebatan yang sedang berlangsung mengenai kemungkinan kenaikan suku bunga lagi tahun ini.

“Saya tetap bersedia mendukung kenaikan suku bunga dana federal pada pertemuan mendatang jika data yang masuk menunjukkan bahwa terlalu lambat untuk membawa inflasi ke 2% pada waktu yang tepat,” kata Gubernur Fed Michelle Bowman pada hari Senin dalam persiapannya.

Kendati ada kemajuan besar, inflasi masih terlalu tinggi, dan ia memperkirakan akan tepat bagi (Fed) untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan mempertahankannya pada tingkat yang ketat untuk beberapa waktu.

Untuk diketahui, inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen, turun dari sekitar 9% tahun lalu menjadi sekitar 3,7% pada pembacaan terakhir, melambat setidaknya sebagian karena kenaikan suku bunga The Fed sebesar 5,25 poin persentase selama 18 bulan terakhir.

Mengingat kemajuan tersebut, para gubernur bank sentral AS bulan lalu memilih untuk mempertahankan suku bunga kebijakan pada kisaran 5,25%-5,50% saat ini meskipun sebagian besar memberi isyarat bahwa kenaikan suku bunga lainnya mungkin diperlukan sebelum akhir tahun.

Di sisi lain, terjadi capital outflow dari domestik yang mengakibatkan tertekannya nilai tukar rupiah. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan investor asing masih meninggalkan pasar keuangan Indonesia sehingga terjadi capital outflow. Data transaksi BI pada 25 – 27 September 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,07 triliun di pasar saham dan beli neto Rp2,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

By admin99

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *